Antara Golput atau tetap percaya janji dan retorika partai politik

Pesta demokrasi rakyat Indonesia memang tinggal menghitung hari, dan semua partai politik sudah mulai sibuk kampanye untuk menarik perhatian para pemilik hak suara. Tapi kampanye-kampanye mereka masih meninggalkan kecewa bagi para calon pemilih cerdas. Kita ambil contoh, bagaimana Angel Lelga calon wakil rakyat dari partai Islam lambang Ka’bah menjawab ngawur pertanyaan-pertanyaan di depan mata jutaan pemirsa Metro TV ketika wawancara program Mata Najwa [1], dan jangan lupa juga sebelumnya sang mantan suami yang kebelet jadi presiden juga pernah ditelanjangi di acara serupa [2].

Sudah puas kita tertawa menyaksikan jawaban-jawaban konyol dari para selebritis yang loncat ke politik, kita akan beralih ke pengusaha yang juga berpolitik.

Nampaknya mereka juga tidak lebih baik dari para selebritis yang mendadak berpolitik. Sebagai contoh sebuah berita mengejutkan yang datang dari tanah borneo, seorang calon presiden yang di TV beriklan janji dan retorika kesejahteraan ratusan jutaan rakyat Indonesia gagal mensejahterakan pekerjanya yang tidak menerima gaji berbulan-bulan [3]. Untuk kasus lumpur Lapindo saya rasa sudah tidak perlu kita bahas panjang lebar dalam tulisan ini, karena jutaan rakyat Indonesia juga punya TV dan sudah tahu kondisi di Sidoharjo.

Kita bisa bayangkan sekarang jika mereka terpilih menjadi pemimpin kita, apa yang akan terjadi nanti. Apakah kita akan mengulangi kesalahan masa lalu, dimana banyak wakil-wakil kita yang telah menjadi Dewan tersandung masalah korupsi atau hanya tidur ketika rapat [4].

Pada pemilu kali ini, kita harus benar-benar cerdas untuk menggunakan hak suara kita, apakah kita akan memilih salah satu diantara mereka atau memilih golput. Bagi saya pribadi golput bukan hal buruk seperti yang digembor-gemborkan badan yang terkait dengan pemilu. Jika 75-80% penduduk golput, disinilah (seharusnya) tamparan bagi mereka para politisi dan partai politik. Sadar bahwa janji dan retorika mereka sudah basi!!, tiada lagi yang percaya dan tertipu!. Gerakan golput sebenarnya bukan ancaman isapan jempol belaka, para parpol dan petugas mulai kebakaran jenggot dengan gerakan ini, bahkan ada partai politik yang menyarankan mempidanakan gerakan golput [5]. Jika golput dilarang, apa bedanya pemilu saat ini dengan pemilu masa orde baru.

Semua akhirnya ada di tangan kita, tidak lebih dari 5 menit kita di bilik suara tapi menentukan nasib kita selama 5 tahun.

[1] http://m.youtube.com/watch?v=oWPm1jT3kwg&gl=ID&client=mv-google&hl=en&guid=

[2] http://m.youtube.com/watch?v=c6VLnh3Mlas&rl=yes&client=mv-google&hl=en&gl=ID&guid=

[3] http://id.berita.yahoo.com/protes-buruh-pabrik-kertas-milik-prabowo-berlanjut-142052754.html

[4] http://m.detik.com/news/read/2012/02/14/154228/1842180/10/ini-dia-kasus-kasus-korupsi-yang-menjerat-anggota-dpr

[5] http://m.tempo.co/read/news/2003/02/08/0552778/Arif-Budiman-Serukan-Gerakan-Golput

Leave a comment